Peringati Harlah ke 67, Fatayat NU Probolinggo Gelar Lomba Daiyah, Sholawat dan Dongeng

Probolinggo (KMP) Sabtu (8 April 2017), Pimpinan Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Probolinggo menggelar tiga lomba sekaligus; lomba Da’iyah, Sholawat An-Nahdliyah dan Berdongeng. Kegiatan ini sebagai wujud syukur kepada Allah Swt. di hari ulang tahun Fatayat NU yang ke 67 dan sekaligus menyambut hari ulang tahun Nahdlatul Ulama ke 94. Yang peserta kegiatan lomba adalah utusan PAC Fatayat NU se Kabupaten Probolinggo.

Ketua PC. Fatayat NU, Elysa dalam laporannya menyampaikan kegiatan ini murni bertujuan sebagai bentuk kesetiaan kita kaum perempuan kepada NU dan Negara, karenanya tema yang kita usung “Meneguhkan Islam Nusantara Melalui Penguatan Organisasi Perempuan”. Di mana para wanita NU turut berpesan aktif dalam berbagai momen kedaerahan maupun nasional, ulas Elysa.

Menurut Lisa, Lomba Daiyah dipilih perannya Fatayat NU bisa berkiprah secara maksimal dalam bidang pendampingan kemasyarakat, sehingga membutuhkan skill khusus dalam penguasaan retorita dakwah, lomba Sholawat An-Nahdliyah sesuai dengan tema harlah sedangkan lomba mendonging di mana para fatayat NU juga banyak memberikan peran pendidikan PAUD, TK dan RA.

Sementara Katib Syuriyah PCNU, KH. Masrur Nashor dalam sambutannya banyak mengupas sejarah berdirinya Fatayat NU. Menurutnya berdirinya Fatayat tidak lepas dari peran tiga tokoh perempuan yang dikenal dengan “Tiga Serangkai Perintis Fatayat”, yaitu : Murthasiyah, Khuzaimah Mansur, dan Aminah. Berdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi induknya, dan sejarah Indonesia sebagai tanah airnya.

Penjajahan selama bertahun-tahun telah menyebabka bangsa Indonesia Indonesia terpuruk. Perjuangan melawan keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan keterpurukan akibat penjajahan ini kemudian mengkristal dan melahirkan semangat kebangkitan di seantero negeri hingga mencapai puncaknya pada tahun 1908 yang dikenal sebagai tahun Kebangkitan Nasional.

Kalangan pesantren merespon spirit ini dengan membentuk berbagai organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916, Tanwirul Afkar atau dikenal juga dengan Nadlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran) pada 1918 yang bergerak di bidang pendidikan sosial politik, Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Kaum Saudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.

Kebangkitan perempuan NU juga membakar semangat kalangan perempuan muda NU yang dipelopori oleh tiga serangkai, yaitu Murthasiyah (Surabaya), Khuzaimah Mansur (Gresik), dan Aminah (Sidoarjo). Pada Kongres NU ke XV tahun 1940 di Surabaya, juga hadir puteri-puteri NU dari berbagai cabang yang mengadakan pertemuan sendiri yang menyepakati dibentuknya Puteri Nahdlatul Ulama Muslimat

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kemudian menyetujui pembentukan Pengurus Pusat Puteri NUM yang diberi nama Dewan Pimpinan Fatayat NU pada tanggal 26 Rabiul Akhir 1939/14 Februari 1950. Selanjutnya Kongres NU ke-XVIII tanggal 20 April-3 Mei 1950 di Jakarta secara resmi mengesahkan Fatayat NU menjadi salah satu badan otonom NU. Namun berdasarkan proses yang berlangsung selama perintisan hingga ditetapkan, FNU menyatakan dirinya didirikan di Surabaya pada tanggal 24 April 1950 bertepatan dengan 7 Rajab 1317 H.


Hasil akhir penilaian para juri dari ketiga lomba tersebut adalah untuk Lomba Daiyah, Juara I diraih oleh PAC. Fatayat NU Wonomerto Sinati Hasanah dengan nilai 850, Juara II PAC Fatayat NU Sumberasih dengan nilai 835 dan Juara III PAC Fatayat NU Lumbang dengan nilai 690. Lomba Sholawat An-Nahdliyah, Juara I diraih oleh PAC. Fatayat NU Kec. Sukapura, dengan nilai 745, Juara II PAC Fatayat NU Leces dengan nilai 700 dan Juara III PAC Fatayat NU Lumbang dengan nilai 660. Lomba Mendonging, Juara I diraih oleh PAC. Fatayat NU Sumberasih dengan nilai 590, Juara II PAC Fatayat NU Wonomerto dengan nilai 574 dan Juara III PAC Fatayat NU Dringu dengan nilai 550. Acara berjalan lancar dan sukses sebagaimana yang kita harapkan bersama, semoga bisa bermanfaat bagi kemajuan Fatayat NU secara khusus, dan umumnya bagi Warga NU dan seluruh masyarakat INDONESIA. (Ansori).

Posting Komentar

0 Komentar